BANDUNG – PT Piaggio Indonesia (PID) membuat gebrakan untuk pasar skuter matik tanah air dengan meluncurkan Aprilia SR GT 200. Motor yang hadir untuk diajak riding perkotaan, namun juga mantap untuk menemani akhir pekan cross country alias trabasan ringan.
Dari pengalaman 8 hari bersama skutik Aprilia, redaksi Sepedamotor.com merasakan bahwa tarikan mesin di bawah 6 rbu rpm responsif dan galak. Kurang lebih di angka rpm tersebut kecepatan motor dapat mencapai 80 km/jam, disayangkan ketika berusaha naik 7000 rpm tarikan terasa loyo. Untuk mencapai 100 km/jam saja butuh kesabaran.
Pesona Aprilia SR GT 200
Mang Saswie Kepincut
Komedian Mang Saswie saat dikenalkan dan mendapat kesempatan untuk menjajal Aprilia SR GT 200 menyatakan bahwa motor ini sangat menggoda, maklum, Mang Saswi ini dari kecil sudah dekat dengan dunia motor. Dia bilang boleh juga kedepannya jika bisa memiliki SR GT 200 ini.
“Keren pisanlah pokona mah Aprilia ini, tarikan mesinnya enteng. Apalagi tampilannya yang gagah dan mempesona. Tapi sayangnya saya belum dapat kesempatan untuk menjajalnya lebih jauh. Tapi motor ini secara keseluruhan menggoda.” ungkap Mang Saswie.
Konsumsi bensin
Indikator konsumsi bensin membuat semangat dan bergairah untuk menjaga kestabilan berkendara. Pasalnya jika tarikan gasnya stabil indikator tersebut akan menunjukkan konsumsi bahan bakar, misalnya saja 50:1 liter, 30:1 liter, dan seterusnya.
Terkadang ketika butuh narik gas maka indikator konsumsi bensin menunjukkan angka 29:1. Kondisi seperti ini membuat saya lebih merasa siap untuk mengatur kapan harus mengisi bensin dan ketika ingin berhemat pun jadi ada panduannya.
Berdasarkan pengalaman, konsumsi bensin SR GT 200 yang waktu itu dites dari Depok ke Bandung, Garut dan diajak jalan-jalan ke Ciwidey terbilang hemat. Hal tersebut “mungkin” dampak dari kebiasaan memutar gas dibarengi dengan indikator konsumsi bensin di dashboard.
Tetap nyaman di jalanan non aspal
Mengingat bahwa slogan motor ini adalah Everyday Everywhere dan kembangan ban yang berpola layaknya motor dual purpose, ground clearance yang tinggi maka akhirnya memberanikan diri untuk mengajak SR GT melintasi jalanan non aspal. Hasilnya, motor ini mampu memberikan kenyamanan dan tenaganya di jalanan non aspal terbilang sangar.
Bahkan saat jalanan menanjak pun motor ini masih mampu,malahan ridernya yang dituntut memiliki skill yang mumpuni mengingat secara sesifikasi dan bentuk motor ini sudah mumpuni.Sayangnya pengujian saat itu jalannya pendek jadi tidak dapat merasakan kemampuannya secara maksimal. Semoga dilain waktu Piaggio Indonesia (PID) dapat meminjamkannya kembali.
Perlu Peningkatan
Tombol lampun sen
kurang membuat nyaman di ibu jari. Enteng sekali, saat akan mengaktifkannya tidak terasa ada perbedaan kalau sudah on. Begitu juga dengan saat akan mematikan lampu sein, tuas tersebut tidak menunjukkan ada perubahan posisi dan mau atau tidak harus melirik ke indikator lampu sein untuk melihat apakah sudah mati. Tidak jarang di beberapa kesempatan meski jalan sudah lurus lampu sein masih ON, jadi seperti emak-emak deh.
Posisi jok tinggi
Tinggi badan saya 169 cm, posisi kaki saat duduk di atas motor masih jingjit. Saat berhenti, mau tidak mau jika mengharap kaki menapak sempurna harus duduk agak maju dan satu kaki full di footstep.
Jok terasa keras
Bentuk lekukan dari jok SR GT 200 sangat berkarakter, setidaknya bisa membuat posisi pengendara lebih nyaman dan boncengan memiliki pembatas posisi duduk dengan pengendara. Sayangnya ketika sedang berhenti, jok yang keras sangat terasa dan jika dalam perjalanan jauh ini cukup membuat kurang nyaman.
Untungnya saat SR GT 200 berjalan dan mengenai jalan tidak mulus suspensi membantu sehingga kenyamanan melewati jalan rusak sangat membantu.
Posisi motor seperti melayang
Hal ini yang membuat saya sendiri merasa penasaran dan ingin menanyakannya secara langsung ke mekanik atau bagian engineer di Aprilia. Pasalnya saat motor diajak belok “agak” miring karena menyesuaikan dengan kecepatan di tikungan itu motor seolah mau jatuh.
Akhirnya disiasati ketika mau belok dengan kecepatan sekitar di atas 40 kilometer perjam, jika motor berbelok ke kanan maka badan tetap tegak atau agak miring ke kiri. Usaha ini cukup maksimal dan membuat saya tidak kehilangan kecepatan saat di belokan.
Kesimpulannya motor seharga Rp60 jutaan ini cukup relevan untuk dimiliki, namun pasarnya kami rasa cukup spesifik. Mengingat brand Aprilia sangat jarang menghadirkan motor skutik, apalagi pola pandang masyarakat di tanah air motor itu tergantung harga jual second dan after sales yang selalu menjadi pertimbangan. ##